KMD Jenggala 236: Mengubah Paradigma Pembina Pramuka dari Ruang Kelas ke Alam Terbuka

Jejak Pramuka – Mengubah pola pikir dari mengajar di ruang kelas menjadi melatih di alam terbuka bukanlah proses instan. Perlu kesabaran, pembiasaan, dan pembongkaran mindset. Itulah semangat utama dalam Kursus Mahir Dasar (KMD) Jenggala 236 Kwartir Ranting Taman, sebagai langkah awal dalam perjalanan menjadi pembina Pramuka sejati.

KMD ini dibuka secara resmi pada Sabtu, 31 Mei 2025, di SMP Negeri 2 Taman, oleh Ketua Harian Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Sidoarjo, Kak Mustain Baladan. Beliau didampingi Kamabiran Taman Kak Arie Prabowo dan Kakwarran Taman Kak Sujono. Dalam sambutannya, Kak Tain – sapaan akrabnya – mengungkapkan bahwa hingga kini masih ada persoalan mendasar soal kekurangan pembina aktif di gugusdepan.

“Banyak yang sudah lulus KMD bahkan KML, tapi enggan turun membina. Ironisnya, tugas itu malah diserahkan ke Penegak yang belum pernah ikut kursus. Ini berbahaya karena mereka belum memiliki metode, pengalaman, maupun wawasan yang cukup,” tegasnya.

Sebagai simbol dimulainya kegiatan, diserahkan tunggul Jenggala dari Kapusdik Kak Hariyanto kepada Ketua Pinsus Kak J. Tri Siswoadji. KMD Jenggala 236 diikuti oleh 65 peserta, dengan pelaksanaan teori pada 31 Mei, 3 Juli, dan 12 Juli 2025 di SMPN 2 Taman, serta praktik lapangan pada 17–19 Juni 2025 di Villa Puri Gendis, Trawas, Mojokerto.

Secara normatif, KMD ini tak berbeda dari kursus lainnya. Namun secara implementatif, pendekatannya sangat berbeda. “Kami menekankan kedisiplinan total, mulai apel pagi pukul 07.00 hingga tata tertib makan bersama,” jelas Kak Tri. Tim pelatih terdiri dari Kak Lilis LG, Kak Nimah LG, Kak Yusron LG, Kak Tirto LG, Kak Fadeli LT, Kak Azizah LT, dan sekretaris tim pelatih Kak Ainul LG.

Kak Linawati, salah satu peserta, mengaku awalnya cukup kewalahan mengikuti ritme kegiatan. Namun seiring berjalannya waktu, ia merasa lebih nyaman dan mulai menikmati prosesnya. Materi kursus meliputi jam pimpinan, fundamental Gerakan Pramuka, orientasi kursus, dinamika kelompok, postur pembina, PDKMK, organisasi satuan, SKU, SKK, SPG, serta dunia Siaga, Penggalang, dan Penegak.

Sesi lapangan memperdalam pemahaman peserta melalui praktik langsung: tata laksana perkemahan, ragam keterampilan, penyusunan program, ragam pertemuan, manajemen risiko, hingga puncaknya yaitu praktik membina. Ada pula aturan menarik: peserta tidak boleh membuang sampah sembarangan. Semua sisa makanan, botol air mineral, dan kardus wajib dibawa pulang.

Selain itu, peserta diberi tugas menulis quotes inspiratif dan komitmen pribadi pembina di kardus bekas makanan. Saat malam api unggun, setiap peserta membacakan komitmennya sebelum kardus itu dibakar sebagai simbol kesungguhan niat. “Kegiatan ini bagian dari mitigasi sampah sekaligus menggugah inspirasi,” jelas Kak Fadeli. Kak Tirto LT selaku pembina upacara api unggun menegaskan bahwa KMD hanyalah awal dari pengabdian panjang sebagai pembina sejati.

Selama tiga hari di Trawas, meskipun cuaca dingin dan diguyur gerimis, para peserta tetap antusias. Mereka menjalani praktik ragam pertemuan seperti Lomba Tingkat untuk Penggalang dan Pesta Siaga. Menurut Kak Nimah, walau kreatif dan variatif, pendekatan peserta dalam praktik membina masih terasa seperti mengajar di kelas, bukan melatih di alam terbuka.

Kegiatan ditutup dengan permainan sosial Sesosif dan sesi open forum. KMD Jenggala 236 Kwarran Taman secara resmi ditutup oleh Wakabinawasa Kak Munif LT, ditandai dengan penyerahan kembali tunggul dari Kapinsus kepada Kapusdik. Dengan itu, berakhir sudah proses pelatihan. Namun bagi para peserta, perjalanan pengabdian baru saja dimulai.[JP-Red]

— Kontributor Berita : Dr. Muhammad Fadeli, M.Si  – Pelatih Jenggala Kwartir Cabang Sidoarjo; —

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *